Cerita Inspiratif (2)
Botol
dan Isinya
Hari
ini adalah hari yang spesial bagi Adira, karena hari ini ia akan menyatakan
perasaannya kepada lelaki yang ia sukai yaitu Dion. Adira merupakan gadis yang
sangat pintar, ia bisa menguasai seluruh mata pelajaran yang ada di sekolah
bahkan ia fasih lebih dari 4 bahasa. Tetapi orang-orang memandangnya sebelah
mata, karena orang-orang tersebut menganggap Adira berpenampilan tidak baik.
Adira memang memiliki warna kulit yang gelap dan tubuhnya sedikit gemuk.
Sedangkan Dion adalah siswa dambaan karena memiliki wajah yang rupawan.
Adira
berencana untuk menyatakan perasaannya di ruang kelas saat pulang sekolah. Ia
menyatakan perasaannya agar hatinya bisa tenang tanpa ada gelisah. Adira sebenarnya
sadar diri jika ia tidak akan bisa untuk menjadi pacar Dion. Ia sadar jika Ia
tidak memiliki wajah cantik dan tubuh yang indah.
“Aku menyukaimu Dion.” Ucap Adira dengan cepat
“Apa? Kau menyukaiku? Bisa-bisanya orang sepertimu
menyukai, seharusnya kau itu sadar diri. Apa perlu kubelikan kaca untukmu
berkaca? Kau itu jelek dan gendut, mana ada lelaki yang mau denganmu” Balas
Dion dengan nada mengejek dan menertawakan Adira
Adira
sangat sakit hati dengan perkataan Dion. Ia kehabisan kata-kata untuk membalas
perkataan Dion tersebut, padahal dari dulu belum ada yang bisa mengalahkan
Adira ketika berdebat. Sesaat setelah itu, Adira langsung lari dan pulang ke
rumahnya, untung saja rumahnya dekat dengan sekolah. Ia berlari sambil menangis
karena perkataan Dion telah menghantui pikirannya.
Sesampainya
Adira di rumah, ia langsung menuju ke kamarnya. Kakaknya kaget karena melihat
Adira menangis, yang Ia tahu Adira jarang sekali menangis. Karena hal tersebut,
Ia mencoba untuk masuk ke kamar Adira untuk menenangkannya. Tentu saja ia
langsung berpikiran yang macam-macam setelah melihat penampilan Adira yang
kacau.
“Hei Dir, kamu kenapa? Siapa yang membuatmu menangis?
Kakak saja tidak pernah membuatmu menangis, berani-beraninya Ia membuatmu
menangis.” Tanya Kakak kepada Adira
“Sudahlah Kak Jeff ini tuh masalah orang jelek, orang
yang punya wajah cakep kayak Kak Jeffrey tuh ngga bakalan ngerti.” Balas Adira
setelah dirinya tenang
“Kamu ini selalu saja rendah diri, kamu itu ngga
jelek. Ayolah ceritakan saja kepada Kakak, mungkin Kakak punya solusinya” tanya
Jeffrey kepada Adira
“Tadi aku mengungkapkan perasaanku kepada Dion, dan
dia langsung menolakku terang-terangan. Dia yang mengatai jelek dan gendut,
memang benar sih tapi kan tidak usah mempermalukanku juga.” Adira akhirnya
menceritakannya kepada Jeffrey
“Berani-beraninya dia berbicara seperti itu, mana
anaknya sini biar Kakak hajar dia. Biar dia ngga macem-macem lagi ke kamu.”
Balas Jeffrey dengan emosi
“Jangan Kak, nanti akan menambah masalah. Lagipula,
semua yang dikatakan Dion kan benar. Aku memang jelek dan gendut, ngga kayak
Kak Jeffrey ganteng, tinggi, terkenal di kampus.” Ucap Adira merendahkan
dirinya sendiri
“Dir, kamu ini jangan rendah diri. Sekarang coba
pikirkan, siapa selama ini yang selalu membanggakan Mamah dan Papah? Kamu kan,
terus siapa coba yang ngajarin Kakak bahasa jerman? Kamu Dir. Di dalam diri
kamu itu banyak sekali kelebihan. Gini deh perumpamaannya, kalo botol
kemasannya bagus tapi isinya air got, botol itu ngga ada harganya. Kalo botolnya
biasa aja tapi isinya parfum, botol itu pasti bakal lebih berharga. Botol kayak
gitu cuman bisa dimiliki sama orang tertentu. Kayak kamu gini, cuman orang
pilihan yang bisa sama kamu. Orang pilihan itu, orang yang tahu betapa
berharganya kamu.” Ucap Jeffrey
“Makasih Kak Jeff udah ngingetin aku, aku sayang
banget deh sama kakak.” Balas Adira dan memeluk Jeffrey.
“Kamu harus bales dendam ke si Dion. Balas dia dengan
kesuksesan kamu. Karena, kesuksesan itu merupakan balas dendam yang paling
manis.” Ucap Jeffrey kepada Adira.
Setelah
mendengar ceramah dari Jeffrey, Adira menjadi bersemangat lagi. Ia berjanji
pada dirinya sendiri untuk menjadi lebih percaya diri, dan menghiraukan olokan
dari teman-temannya agar ia lebih fokus untuk mengembangkan dirinya dengan
belajar dan terus berkarya.
Komentar
Posting Komentar